Senin, 20 September 2010

Kupatan Kenang Sejarah Sunan Drajat

Tradisi kupatan masyarakat pantura Lamongan tahun ini kembali digelar di kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL), Kamis (16/9). Tradisi yang oleh masyarakat sekitar disebut dengan riyoyo kupatan atau hari raya ketupat tersebut di maksudkan untuk mengenang Sunan Drajat dan Sunan Sendang Dhuwur.
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan Suyari mengatakan, tradisi kupatan tersebut telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu oleh masyarakat pantura Lamongan. Upacara kupatan dilaksanakan dengan prosesi acara kirap oleh dua kelompok yang memerankan Sunan Drajat dan Sunan Sendang Dhuwur. Dua ulama yang melakukan da’wah Islam di Lamongan. Di sisi lain, lanjut Suyari, pagelaran ini juga bertujuan untuk lebih menyemarakkan serta sebagai sarana promosi pariwisata Lamongan. Dalam upacara tersebut juga di meriahkan dengan adegan treatikal yang menggambarkan perjalanan Sunan Drajat dan Sunan Sendang Dhuwur. Tradisi ini terus dipertahankan untuk melestarikan budaya lokal. Karena itu, meski kawasan Tanjung Kodok kini telah menjadi WBL, tradisi ini tetap dilestarikan. Kupatan ini hanya sempat berhenti dilaksankan ketika proses pembangunan WBL. Acara itu sendiri dibuka dengan pementasan drama teatrikal pertemuan Sunan Sendang Dhuwur dengan Sunan Drajat. Setelah pementasan teatrikal selesai, acara itu ditutup dengan makan ketupat bersama di lokasi yang sama. Sementara drama itu berkisah tentang pembuatan Masjid Agung Sendang Dhuwur yang menjadi tonggak awal berlangsungnya tradisi kupatan itu di pantura Lamongan. Drama itu diawali dengan kirab kedatangan rombongan Sunan Sendang Dhuwur dan Sunan Drajat dari dua arah yang berbeda. Masing-masing rombongan itu terdiri dari kelompok musik kendang jidor dan sejumlah perempuan yang membawa ketupat, lepet serta buah-guahan. Kedua rombongan tersebut kemudian bertemu di Pantai Tanjung Kodok yang saat ini berada di dalam kawasan WBL. Selanjutnya adegan berlanjut dengan menunggu kedatangan kapal yang membawa utusan Mbok rondo Mantingan dari Jawa Tengah. Rombongan Mbok Rondo Mantingan ini membawa bahan bangunan berupa kayu yang akan digunakan sebagai bahan untuk membangun Masjid Agung Sendang Shuwur. Dalam adegan ini juga digambarkan bagaimana rombongan ini diserang perompak yang kemudian bisa dikalahkan dan bahkan mau masuk Islam.

Tidak ada komentar: