Latar
belakang dari keikutsertaan TNI dalam ketahan pangan seperti di
jelaskan oleh Paban III/ Wanwil Sterad Kolonel Inf Marga Taufiq adalah
karena selain tugas perang, TNI juga mempunyai tugas operasi militer
selain perang yang diantaranya membantu pemerintah daerah untuk
meningkatkan ketahanan pangan. Sementara ujung tombak dari kegiatan itu
disebutkan olehnaya adalah Badan Pembina Desa (Babinsa).
Dalam
paparannya, Bupati Fadeli menyampaikan kondisi potensi pertanian di
Lamongan. Yakni luas sawahnya mencapai 60 persen dari seluruh wilayah. Dan Kontribusi Terbesar dari 9 sektor PDRB Tahun 2011 adalah dari sektor Pertanian sebesar 44,48 persen.
“Meskipun
mencakup 44 persen dari PDRB, namun belum mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan income perkapita yang masih
rendah. Namun dalam hal ketahanan pangan, Lamongan diatas rata-rata
karena merupakan penghasil padi dan ikan terbesar di Jawa Timur. Saya
sampaikan terima kasih kepada TNI yang memiliki kepedulian dengan
ketahanan pangan, “ ungkap dia.
Lamongan,
kata Fadeli, siap mendukung swasembada daging nasional pada 2014 nanti.
Karena populasi ternak di Lamongan mencapai 109.096 ekor sapi, 338 ekor
kerbau serta 135.544 ekor kambing. Bahkan produksi ikan Lamongan yang
mencapai 107 ribu ton baik dari budidaya maupun tangkap, adalah yang
terbesar di Jawa Timur.
Sedangkan
Dandim 0812 Lamongan Letkol Inf Yudha Fitri menegaskan tentang betapa
pentingnya pangan bagi kesejahteraan dan keamanan masyarakat. “Karena
itu pokok kegiatan dari program ketahanan pangan ini salah satunya
adalah tersedianya logistik wilayah yang memadai
untuk kepentingan pertahanan negara. Juga meningkatkan pentingnya
produksi pangan di daerah, melalui kegiatan sosialisasi ketahan
pangan, tanaman pangan, perikanan dan peternakan dengan menggunakan
varietas unggul. Serta meningkatkan kemanunggalan TNI rakyat guna
mendukung tugas pokok TNI AD, “ papar dia.
Pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan lanjut dia, dibagi menjadi empat tahap. Yakni tahap perencanaan antara lain meliputi mensosialisasikan
giat bersama-sama pemda dan instansi terkait sampai dengan merekrut
petani penggarap dengan membentuk kelompok tani. Kemudian tahap persiapan yang dimulai dari menyiapkan lahan dan infastruktur pertanian hingga menyiapkan
dan melaksanakan penyemaian bibit tanaman. Dilanjutkan dengan tahap ke
tiga yaitu pelaksanaan yang mencakup penanaman bibit, kegiatan
pemeliharaan, memberikan bimbingan teknis kepada kelompok tani, pemanenan sampai ke pemasaran hasil pertanian. Tahapan terakhir adalah evaluasi.
Pada
acara ini Wakil Menteri Pertanian dalam pengarahannya sepakat dengan
keterangan Dandim 0812 bahwa urusan pangan adalah hal yang hakiki.
“Berkaitan dengan tugas meningkatkan ketahana pangan ini, TNI hendaknya
melakukan dua pendekatan. Yang pertama adalah dimulai dari lingkungan
yang paling kecil yaitu keluarga. Dengan melaksanakan program KRPL yaitu
Kawasan Rumah Pangan Lestari. Yaitu program dimana setiap rumah di
suplai dengan bibit bagus untuk pangan, “ ujarnya panjang lebar.
Pendekatan
yang kedua adalah agar tentara terlibat dalam proses bisnis yang
dilakukan petani. Mulai dari pemilihan bibit hingga pemasaran. Selanjutnya
dia mengharapkan agar tiap Dandim membuat kurikulum untuk memberikan
training kepada anggotanya sehingga bisa menjadi penyuluh pertanian
pendamping di daerah yang kosong. Mengingat masih kurangnya penyuluh
pertanian di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar