Senin, 29 November 2010

Low Trust Melanda Indonesia

Sekarang ini ada dua hal paling berat yang sedang melanda bangsa Indonesia. Yakni aspek kepercayaan dan kemanusiaan. Ada low trust melanda yang ditandai dengan dominasi pendangan-pandangan serba negatif. Hal tersbeut disampaikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar dalam orasi ilmiahnya yang disampaikan saat wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah Lamongan, Minggu (28/11).
Dalam orasi ilmiahnya yang mengangkat topik Muhammadiyah, Pendidikan dan Kesehatan itu, Malik Fadjar mengatakan low trust tersebut akan mengakibatkan bangsa ini susah diajak untuk produktif. “Diperlukan (dalam terminology Islam) sifat Husnudzon atau berpikir positif. Sehingga bisa melahirkan produktifitas dan kreatifitas, “ ujar mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.

Lebih lanjut dikatakan olehnya, Muhammdiyah dalam gerakan dakwahnya sejak awal berdiri telah memilih pendidikan dan kesehatan sebagai ujung tombak dakwahnya. “Jauh sebelum Indonesia merdeka dan meproklamirkan untuk mencerdeskan kehidupan bangsa, serta jauh sebelum pendidikan dan kesehatan menjadi dua diantara delapan kesepakatan dalam Milenium Development Goal’s (MDGs), KH Ahmad Dahlan telah menetapkan kedua hal itu sebagai sebagai pilar untuk membangun peradaban umat, “ papar dia.

“Pada dasawarsa tahun 70-an, Malaysia meminjam guru dari Indonesia. Kini terbalik, warga Indonesia banyak yang belajar ke Malaysia yang sekarang lebih maju. Hal ini terjadi karena Malaysia memilih pendidikan sebagai pilar pembangunan. Demikian pula Jepang pasca hancur seusai perang dunia kedua, kini bisa bangkit menjadi bangsa maju karena memilih pertama kali menyelamatkan guru dan anak-anak setelah di bom nuklir oleh sekutu, “ katanya mencontohkan.

“Demikian pula KH Ahmad Dahlan, “ sambung dia. “Saat masa awal mendidrikan Muhammadiyah, beliau langsung mendirikan sekolah di suraunya untuk mengembalikan harkat dan martabat manusia, “ ujarnya. Hal itu menurut dia tidak terlepas dari pandangan KH Ahmad Dahlan tentang Islam yang mendefinisikannya sebagai tauhid dan amal sholeh. Yakni Islam adalah tauhid yang memancarkan pengabdian dan melahirkan perbuatan yang mengarah pada kebajikan dan amal sholeh.

Terkait keberadaan Stikes Muhammadiyah, lembaga pendidikan tidak cukup hanya bangunan megah dan fasilitas yang dimiliki. Lembaga pendidikan harus memapu menyentuh aspek mendasar manusi, yakni keimanan dan kemanusiaan. “Kehadiran Stikes ini telah member makna pada kemanusiaan, “ kata dia.

Dia berharap agar lulusan Stikes Muhammadiyah harus kompetitif. Dan itu, kata dia, hanya bisa dilakukan jika memiliki basis ilmu pengetahuan, memiliki kompetensi dan harus punya networking, atau silaturrahim dalam bahasa santri. “Yang mampu memenangkan silturrahim baik vertikal maupun horizontal akan membawa kedamaian dunia dan akherat, “ pungkasnya.

Sebelumnya, Bupati Fadeli dalam sambutannya mengatakan bahwa profesi bidan perawat akan berperan penting dalam menurunkan angka kematian bayi (AKB) serta angka kematian ibu. Disebutkannya, di Lamongan AKB mencapai 36,62 per 1000 kelahiran. “Angka tersebut meski sudah dibawah angka nasional yang mencapai 40 per 1000 kelahiran, kedepan masih perlu didorong lag sehingga mencapai saran MDGs sebesar 11 per 1000 kelahiran pada 2015, “ papar dia.

Hari itu Stikes Muhammadiyah Lamongan mewisuda 350 mahasiswanya. Terdiri dari 196 lulusan D3 Kebidanan dan sisanya S1 Keperawatan. Hadir pula dalam prosesi wisuda itu Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Muhadjir Efendi dan Kepala Dinas Kesehatan Jatim Adi Wismoko. Lulusan terbaik S1 Keprawatan diraih Khoirotul Aini dengan IPK 3,49. Sementara terbaik D3 Kebidanan diraih Eni Makrifati dengan IPK 3,66.

Tidak ada komentar: