Untuk
mengetahui kondisi terakhir pintu air Sluis Kuro yang terletak di
Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan, Bupati Fadeli beserta jajarannya
melakukan tinjauan ke lokasi tersebut, kemarin (12/1). Beberapa waktu
lalu Bupati pernah melakukan sidak ke tempat tersebut dan melihat dua
pompa penyedot bantuan dari pusat itu.
Pompa itu sendiri ada dua unit, masing-masing berkapasitas 250 liter/detik dengan tenaga mencapai sebesar 950 rpm. Dalam sidak sebelumnya, pompa itu difungsikan karena saat itu masih dilakukan pembangunan untuk rumah pompanya.
Dengan
kedua mesin berkapasitas sedot 500 liter/detik dan kekuatan 1.900 rpm
seharusnya bisa melakukan tugasnya paling tidak minimal 400 liter/detik.
Namun kenyataannya hanya mampu bekerja 80 liter/detik saja. Itu seperti
dikatakan oleh pengawas lapangan 4 dari Balai Besar Wilayah Sungai
Bengawan Solo Joko Supranyananto.
Ketika
ditanya Fadeli, Joko Supranyananto menjelaskan, akan sangat riskan
menaikkan volume lebih tinggi dari 80 liter/detik pipa salurannya
menggunakan pipa yang terbuat dari paralon plastik. Belum lagi ditambah
kondisi penyambungannya masih menggunakan lem sehingga menurut Joko jika
kemampuan pompanya dimaksimalkan, akan rawan pecah atau jebol.
“Meskipun
mesin penyedotnya sudah bagus sesuai dengan spesifikasinya, tapi
fasilitas penunjangnya seperti ini (pipa penyalur terbuat dari paralon
dan bukan dari besi) tentu tidak akan bekerja maksimal. Paling kencang
sekitar 215 liter/detik, lebih dari itu sangat berbahaya. Namun himbauan
Bapak Bupati (Fadeli) untuk segera membenahi akan kami perhatikan
karena mengingat curah hujan juga semakin tinggi,” ujarnya dalam sidak
yang juga diikuti Plt Sekkab Yuronur Efendi dan Asisten Perekonomian
Djoko Purwanto tersebut.
Dia
menambahkan, sebenarnya bisa tanpa menggunakan pipa paralon untuk
menyedot air, yakni dengan membangun saluran air tersendiri. Namun
konsekwensinya harus ada pembebasan lahan dan dilakukan pembangunan
kembali. Sementara ini sudah memasuki musim penghujan, dari segi waktu
serta biaya sangat berat.
Sementara
itu Fadeli juga menyempatkan diri untuk melihat pintu air Tambak Ombo
yang terletak di Sembayat, Manyar yang wilayah Kabupaten Gresik. Karena
mengingat aliran dari Bengawan Jero tersebut saling terhubung dan
bersinergi dengan wilayah Lamongan jadi tidak bisa dipisahkan. Saat itu
ketinggian airn di papan ukur mencapai 110 cm.
“Untuk
menanggulangi banjir di wilayah Bengawan Jero harus mempercepat dan
memperlancar pembuangan air untuk melewati sungai-sungai buangnya.
Sehingga tidak lama tergenang di wilayah Bengawan Jero. Alternatif lain
jika saluran buang terhambat maka menggunakan bantuan pompa untuk menyedotnya seperti yang sudah dibangun ini,” pungkas Fadeli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar