Rabu, 18 Maret 2009

NPL Bank Perkreditan Dibawah 6 Persen

Dibandingkan dengan kondisi bank umum, peran Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai lembaga intermediasi telah dilaksanakan dengan baik. Ini tercermin dari dari LDR atau yang tercatat sebesar 118,60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh dana yang diterima telah disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Hal tersebut disampaikan Rusdi Daud dari Bank Indonesia (BI) saat peresmian gedung baru BPR Bank Daerah Lamongan, Kamis (5/3).


Selain itu, kata dia, sektor perdagangan dan pertanian menjadi sektor yang paling tinggi memperoleh penyaluran kredit dari BPR. Untuk sektor perdagangan prosentasinya mencapai 39,8 persen dan untuk sektor pertanian mencapai 18,31 persen. Sebagian besar kredit itu disalurkan untuk modal kerja (69,18 persen) dan konsumsi (27,19 persen). Dia juga menyampaikan kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Timur masih cukup menggembirakan. Dari sisi rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loans (NPLs) mampu dijaga pada level yang cukup aman, yakni di angka 5,16 persen.

            Berdasar data di Bank Indonesia, lanjut dia, sampai saat ini terdapat sejumlah 338 BPR yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur. Dari data tersebut juga menunjukkan total aset BPR untuk posisi Desember 2008 mencapai Rp 4,1 trilyun. Sementara kredit yang dikucurkan sebesar Rp 2,92 trilyun dan dana dari pihak ketiga mencapai Rp 2,46 trilyun. “Pertumbuhan total aset juga cukup menggembirakan, mencapai sebesar 7,31 persen di tahun 2008. Kemudian kredit yang diberikan tumbuh 15,71 persen dan dana dari pihak ketiga juga naik sebesar 5,94 persen di tahun lalu, “ papar dia.

            Lebih lanjut disampaikannya, untuk wilayah Kota Lamongan sampai saat ini terdapat delapan BPR dengan total asset mencapai Rp 154,47 milyar. Dengan kredit yang disalurkan mencapai Rp 132,05 milyar dan dana pihak ketiga yang masuk sejumlah Rp 100,84 milyar. ”Total asset BPR di Lamongan ini adalah 3,68 persen dibandingkan angka Jatim. Sementara untuk kredit yang disalurkan dan dana pihak ketiga masing-masing mencapai 4,53 persen dan 4,10 persen dari angka Jatim, ” urai dia.

            ”BI dalam mengembangkan industri BPR tidak berbeda dengan bank umum. BI dalam penguatan industri perbankan melakukan langkah antara lain dengan berupaya memperluas jaringan pelayanan perbankan. Khususnya bagi sektor UMKM agar lebih merata menjangkau seluruh pelosok daerah, ” jelas dia.

            Sementara Direktur Utama BPR Bank Daerah Lamongan Yuhronur Efendi pada kesempatan itu menyampaikan realisasi aset Bank Daerah Lamongan pada posisi 31 Desember 2008  mencapai Rp 99.401.793.978 atau lebih tinggi 7,83 persen dari target yang dianggarkan yaitu sebesar Rp 92.183.405.613. Peningkatan ini, kata Yuhronur, terutama karena peningkatan dana dari pihak ketiga yang mencapai Rp 4.528.022.578 atau naik 10,7 persen dari target Rp 42.326.500.000 yang ditetapkan. Sementara dana yang disalurkan dalam bentuk kredit mengalami kenaikan sebesar Rp 4.332.016.907 atau 5,07 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 85.375.200.000. ”Kategori kesehatan bank juga berhasil dinaikkan dari sebvelumnya cukup sehat menjadi sehat, ” terang dia.

            Sementara Bupati Lamongan Masfuk dalam sambutannya menyampaikan dengan dibangunnya gednung baru Bank Daerah Lamongan tersebut akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat pada BPR yang dulunya bernama Bank Pasar itu. ”Bank Pasar (dulu) sebelumnya kantornya numpang di gedung pasar Lamongan. Kalau kantornya saja numpang, bagaimana orang akan percaya. Padahal trust atau kepercayaan adalah hal penting dalam bisnis perbankan. Dengan kantor baru ini diharapkan Bank Daerah bisa tunjukkan siap berkembang bukan hanya untuk satu tahun tapi untuk puluhan tahun kedepan. Ini ditunjukkan dengan segala fasilitas yang saat ini dimiliki Bank Daerah.  Untuk BPR di Jatim, baru Bank Daerah yang punya sistem online. Sehingga diharap kualitas layanan akan meningkat, ” kata dia.

            Pembangunan Kantor BPR Bank Daerah Lamongan ini dikerjakan oleh PT Duta Karya dalam dua tahap. Pada tahap pertama pada 2007 senilai Rp 2.344.573.000, sementara tahap kedua pada 2008 senilai Rp 2.345.043.300. juga hadir dalam peresmian itu guru besar fakukltas ekonomi UGM Jogkarta Prof Dr Abdul Halim serta Aji Notonegoro, desainer kondang yang merancang seragam karyawan Bank Daerah Lamongan.

Tidak ada komentar: