Senin, 30 Agustus 2010

Cegah Daging Berpenyakit, Awasi Ketat RPH

Sinyalir adanya daging dan jeroan daging impor di kabupaten lain yang diduga berpenyakit tidak ditemukan di Lamongan. Hal itu diketahui dari hasil pemeriksaan rutin Dinas Peternakan dan Kesehatan (DPK) Lamongan di sejumlah pasar tradisional yang memiliki kios penjual daging.

Selain itu, untuk mencegah beredarnya daging gelonggongan dan ayam mati kemaren (ayam tiren) di pasaran, DPK lebih memperketat pengawasan di dua Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang ada di Lamongan, yakni di Kecamatan Babat dan Pucuk. Selain itu sejumlah pasar tradisional juga terus diawasi untuk memberi jaminan konsumsi daging yang sehat pada masyarakat.

“Meski sebelumnya telah ada pengawasan rutin dari petugas kami, namun selama Ramadhan ini pengawasannya lebih diperketat. Karena biasnaya ada peningkatan konsumsi daging oleh masyarakat. Dari laporan tim di lapangan, tidak ditemukan adanya daging yang digelonggong maupun ayam tiren, “ ujar Kadinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Wardoyo melalui Kabid Kesehatan pada DPK Puji Hermawan.

Ditambahkannya, meski tidak ditemukan daging berpenyakit, dia meminta masyarakat untuk tetap selektif ketika membeli daging. Untuk peredaran daging gelonggongan dan ayam tiren, sebenarnya masyarakat bisa langsung mengetahui ciri-cirinya. Diuraikannya, dagingv gelonggongan lebih lembek dan jika ditekan akan mengeluarkan air. Sementara cirri daging ayam tiren, pada bagian kepala dan leher berwarna biru kehitaman serta warna dagingnya pucat karena tidak ada darah yang keluar.

DPK juga memprediksi akan ada peningkatan konsumsi daging sapi hingga 25 persen selama Ramadhan ini. Dalam kondisi normal, setiap hari ada hingga 30 ekor sapi yang dipotong di RPH. Diungkapkannya, tingkat rata-rata konsumsi daging di Lamongan selama ini cukup tinggi, mencapai 11 gram pertahun. Tingkat konsumsi ini di atas rata-rata konsumsi daging nasional yang mencapai 1 gram pertahun.

Terkait RPH di Kecamatan Babat, mulai tahun ini DPK juga sudah mulai membangun RPH baru di lokasi yang jauh dari perumahan penduduk, yakni di utara Pasar Agrobis Semando Babat. Pemindahan RPH tersebut, karena lokasi RPH lama yang berada di Kelurahan Banaran sudah tidak representatif. Lokasinya terlalu dekat dengan pemukiman padat dan limbahnya dimugkinkan menimbulka pencemaran.

Tidak ada komentar: