Selasa, 24 April 2012

Sistem Yarnen, Bulog Langsung Beli Gabah Petani

Bulog Divre Jatim menggulirkan kerjasama langsung dengan petani terkait pengadaan gabah dan beras. Di antaranya kerja sama on farm. Artinya pihak Bulog bekerja sama langsung dengan petani. Teknisnya yakni memberikan pinjaman berupa pupuk, benih atau yang lain. Untuk pembayarannya dengan sistim yarnen (dibayar setelah panen). Dan Bulog membeli sesuai dengan harga yang disepakati.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Perum Bulog (Kabulog) Divre Jatim Rito Angky Pratomo saat memberikan materi terkait terobosan Bulog Jatim dalam kemudahan pembelian gabah dan sosialisasi MoU Bulog bekerja sama dengan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lamongan di Ruang Shaba Dyaksa setempat, kemarin.
Menurut Angky, sistem kerja sama itu sama seperti yang dilakukan dalam skala nasional. Sedangkan yang berbeda adalah Bulog Divre Jatim menggulirkan kerja sama alternatif. Dalam kerja sama ini, pihaknya melakukan MoU dengan gabungan kelompok tani (Gapoktan), bahwa Bulog siap menerima gabah/beras.
“Dalam kerja sama ini tidak ada batasan minimal dan maksimal beras yang harus masuk ke Bulog. Berapa pun jumlahnya akan kami terima. Kerja sama ini adalah untuk meng-cover kerja sama yang tidak ada di Bulog Pusat," jelasnya.
            Sementara untuk mengantisipasi antrian panjang di hari kerja dan kiriman di hari sabtu dan minggu yang justru menurun drastis, Bulog Divre Jatim telah memberikan kemudahan dalam pelayanan yaitu siap untuk membeli gabah petani di hari libur. Namun dengan syarat membuat janji dengan kepala gudang terlebih dahulu. Dan Bulog siap untuk menerima baik kiriman dalam skala besar (dengan memakai truk) maupun kecil (colt L300 atau sejenisnya).
          Opsi ini dilakukan Bulog karena kebanyakan mereka menjual gabahnya di hari kerja (Senin-Jum’at). Situasi tersebut membuat antrian panjang dan membuat grafik pengiriman pada Sabtu dan Minggu (hari libur) turun. “Ini merupakan salah satu inovasi membuka pengembangan jaringan-jaringan kecil dengan gapoktan dan memperluas akses seluas-luasnya dengan petani,” kata Angky.
            Sementara itu dalam data perbandingan prognosa dan realisasi pengadaan gabah/beras Sub Divre Bojonegoro, untuk Unit Penggilingan Gabah Beras (UPGB) Lamongan, dari prognosa setara beras sebesar 5.200 ton, sampai dengan April ini telah terealisasi sebesar 2.473 ton atau sebesar 48,60 persen. Kemudian di Gudang Beras Bulog (GBB) Karangkembang yang prognosanya 7.874 ton gabah atau setara beras 7.200 ton, sudah terealisasi 5.869 ton gabah dan 5.420 ton beras. Kemudian di GBB Sukorejo dari prognosa 16.850 ton gabh atau setara 11.500 ton beras, saat ini penyerapannya sudah mencapai 4.744 ton gabah dan 4.672 ton beras.
Sementara untuk prognosa di seluruh wilayah Divre Bojonegoro diperkirakan akan bisa menyerap hingga 91.338 ton gabah atau 74 ribu ton setara beras. Sementara sampai dengan April, sudah terealisasi 48.344 ton gabah dan 30.983 ton beras. Penyerapan itu sekitar 47 persen dari prognosa yang ditetapkan.
Sekkab Lamongan Yuhronur Efendi yang membuka kegiatan itu mengungkapkan, Pemkab Lamongan telah menggelontorkan dana dari APBD tahun 2012 berupa pinjaman dana revolving sebesar Rp 3,5 milyar kepada sebanyak 39 kelompok lumbung pangan yang tersebar di 16 kecamatan dana ketahanan pangan. Diantaranya sebagai dana pembelian gabah petani. Selain itu juga ada dana serupa dari APBD
            Dia menambahkan, sejumlah anggota kelompok tani sebanyak 1.687 orang yang tergabung dalam 469 gapoktan telah berperan aktif memfasilitasi petani dalam melakukan usaha taninya. Selain itu juga ada dana sebesar Rp 1,9 milyar telah dikucurkan dari alokasi dana APBD tingkat I Jatim untuk 8 Gapoktan.

 

Tidak ada komentar: