“Kedatangan
kami kemari dalam rangka sharing kiat-kiat terkait E-KTP. Karena
diketahui Lamongan wilayahnya terdapat 27 kecamatan dan 462 desa.
Sementara di Rembang sendiri separonya yaitu terdapat 14 kecamatan, 7
kelurahan, dan 294 desa. Lamongan dengan cakupan yang lebih luas itu
ternyata mampu mengakomodir terkait program nasional E-KTP,” kata Ridwan
dalam sambutannya.
Lebih
lanjut dia mengungkapkan, saat dilakukan launching E-KTP diketemukan
animo masyarakat Rembang yang belum sesuai harapan. “Kami sudah berusaha
memasang papan pengumuman baik dari cetak maupun elektronik dan
menempatkannya pada posisi yang strategis seperti di jalan-jalan
protokol, namun sampai pada hari ke-3 belum bisa berjalan dengan
maksimal. Masyarakat sepertinya enggan untuk datang,” katanya.
Selain
permasalahan kependudukan, mereka juga membahas terkait lingkungan
hidup dan penataan pasar modern serta perlindungan pasar tradisional.
Dari salah satu program kebersihan Kabupaten Lamongan Green and Clean, lanjut dia, mampu membawa Lamongan meraih sebanyak lima piala Adipura berturut-turut.
“Terlebih
dengan tempat pembuangan sampah (TPS) yang sekaligus berfungsi sebagai
pemrosesan akhir sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat merupakan
inovasi yang sangat cerdas,” ungkapnya.
Terkait
pasar modern, Rembang ternyata juga mempunyai permasalahnnya sendiri.
Banyak investor yang masuk seperti pabrik semen atau PLTU yang otomatis
semua butuh sarana ekonomi yang memadai, termasuk pertokoan. Sementara
disisi lain investor “nakal” juga marak masuk. “Toko modern terlalu
menjamur dan bebas berdiri sampai masuk ke desa-desa yang menyebabkan
toko kelontong menjadi resah,” katanya.
Sementara
itu Luluk Humam menanggapi, bahwa program E-KTP di Kabupaten Lamongan
dilakukan dengan mengedepankan sikap pro aktif oleh semua pihak.
Kemudian ditindaklanjuti dengan membentuk kelompok kerja (pokja) di
tiap-tiap kecamatan yang disertai surat perjanjian yang mengikat camat agar mensukseskan Program e KTP. Pelayanannyapun di buat dua shift kerja hingga malam hari.
“Sebenarnya
masyarakat itu tidak malas. Hanya saja tinggal bagaimana kita melayani
mereka. Sesuaikan jam kerja supaya mereka bisa datang sewaktu-waktu.
Datang jam 10 malam-pun kita juga siap untuk melayaninya,” tandas
Humam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar