Rabu, 10 Juni 2009

MOP Tidak Sama Dengan Dikebiri

Selama ini banyak rumor yang salah tentang alat kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) dengan jenis Media Operasi Pria atau MOP. Rumor yang salah itu sering menyamakan MOP dengan dikebiri. Padahal antara ada perbedaan signifikan antara dikebiri dan alat kontrasepsi dengan MOP.

Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB (BPPKB) R Hari Purwanto Lamongan saat Pemantapan Operasional Pelayanan KB Melalui Institusi Pemerintah di Ruang Sabha Dyaksa setempat, Kamis (23/4) sampaikan klarifikasinya terkait rumor yang salah itu. Dijelaskannya, kebiri adalah pengangkatan testis. Sementara MOP dilakukan dengan membuat satu atau dua sayatan kecil pada kulit scrotum (kantung buah zakar), kemudian saluran keluarnya diikat sehingga ketika keluar sudah tidak mengandung sperma lagi.

“Jadi dengan MOP produksi hormon testoteron pria tetap berjalan seperti biasa. Sementara kebiri membuat laki-laki tidak bisa produksi sperma lagi. Demikian pula MOP ini tidak menimbulkan impotensi. Semua fungsi kejantanan laki-laki masih normal setelah lakukan metode MOP. Malahan dengan MOP ini akan tunjukkan rasa sayang suami pada isteri karena mengambil alih tanggup jawab isteri yang biasanya menggunakan alat kontrasepsi ketika pasangan sudah bersepakat untuk tidak memiliki anak lagi, “ terangnya.

Kegiatan yang diikuti ratusan penyuluh lapangan KB (PLKB) itu merupakan bagian dari upaya BPPKB Lamongan untuk tingkatkan intensitas PLKB dalam memberikan konseling KB maupun Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) KB. Ada anggapan bahwa KB di masa sekarang sudah menjadi kebutuhan sehingga PLKB tidak perlu lagi jemput bola dengan berikan konseling KB dan KIE.

Dipaparkan Hari, dengan lakukan konseling KB/KIE, klien KB bisa mengambil keputusan sendiri setelah mendapat penjelasan dari konselor (PLKB). Selain itu klien juga akan memiliki perasaan aman dan nyaman ketika menggunakan salah satu alat kontraspsi KB karena tidak dihantui berbagai rumor yang tidak benar.

Sementara bagi konselor KB sendiri, lanjut Hari, dapat meningkatkan pencapaian peserta KB baru terutama MOP dan kondom (peserta KB pria). Lebih lanjut ini juga akan berakibat pada menurunnya perkawinan di usia dini dan meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR).

Tidak ada komentar: