Rabu, 10 Juni 2009

Perkenalkan Tari Jolo Sutro

Seolah menjadi tradisi, setiap kali seusai kirab Piala Adipura selalu ditampilkan tari kreasi baru karya Ninin Desinta Yustikasari dan Titin Kristiani. Dua orang kreator Tari Boran yang berhasil meraih juara nasional 2007 silam. Jika tahun lalu mereka tampilkan Tari Caping Ngancak, kini yang ditampilkan adalah Tari Jolo Sutro (jawa : jala sutra).


Tari ini seperti diceritakan Kristin juga menggambarkan kekhasan masyarakat Lamongan. Jika Tari Boran menggambarkan penjual Nasi Boran, tari ini menggambarkan pergumulan nelayan pantura Lamongan. Penggambaran itu ditampilkan lewat lima orang penari siswi SMPN Kembangbahu.

Ciri khas kreasi Ninin dan Kristin juga terlihat jelas di Tari Jolo Sutro ini. Seperti penarinya yang selalu menggunakan media untuk tunjukkan rangakaian cerita. Tari Boran gunakan boran (wadah nasi dari bambu), Tari Caping Ngancak gunakan caping petani, Tari Silir gunakan kipas dan kini Tari Jolo Sutro gunakan dua media yakni lampu ublik atau lampu minyak dan sebuah jala.

”Ini adalah tari keempat setelah Tari Boran,Tari Silir-slir dan Tari Caping Ngancak. Tahun lalu Tari Capang Ngancak yang diperkenalkan saat kirab Piala Adipura kemudian berhasil menjadi penyaji terbaik pada ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2008 tingkat SMP-MTs di Bandung Juli 2008 lalu. Sementara Tari Jolo Sutro ini juga direncanakan untuk mengikuti Pekan Seni Pelajar (PSP) Juli mendatang di Surabaya. Semoga tari ini juga bisa bawa nama harum Lamongan, ” tutur Kristin di sela-sela dampingi anak didiknya, Selasa (9/6).

Diterangkan Kristin, lampu ublik dibawakan di babak awal tari untuk menggambarkan nelayan pantura Lamongan yang melaut di kala petang. Kemudian dilanjutkan dengan gerakan penari yang menggunakan jala nelayan. Untuk menegaskan penggambaran nelayan, kelima penari yang mengenakan busana dengan dominasi warna hijau dan biru, menyematkan jala di setiap rambut mereka.

Tidak ada komentar: