Rabu, 11 Februari 2009

Posisi Adipura Lamongan Belum Aman

Hal tersebut disampaikan Kabid Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Limbah B3 pada Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Kementrian Lingkungan Hidup RI Jawa Setyo Winarso saat Sosialisasi Program Adipura tahun 2008-2009 di Runag Sasana Nayaka Pemkab setempat, Selasa (10/2). Menurut dia, dengan diperolehnya Adipura bukan berarti semuanya (lingkungan) sudah benar-benar bersih karena dari 114 kabupaten/kota se regional jawa, tidak ada yang memperoleh nilai sempurna 100.

Ada beberapa hal yang masih perlu mendapat pembenahan. Seperti rumput yang masih ada di trotoar, pengelolaan Pasar Sidoarjo dan pembenahan saluran air. “Sebenarnya saya mengakui kondisi Kota Lamongan sekarang sangat bagus, jauh lebih bagus ketika penilaian pertama keikutsertaan Lamongan dalam Adipura. Dulu Adipura dengan berbagai namanya pernah dicerca sehingga sering diplesetkan menjadi adipura-pura. Namun pada kenyataannya, setelah Piala Adipura ditiadakan, kondisi kebersihan kota-kota di Indonesia sangat menurun, “ papar dia.

Kondisi itulah, lanjut Setyo, sehingga Adipura digelar kembali dengan harapan, masyarakat akan merubah pola hidup menjadi pola hidup bersih dan sehat serta peduli dengan lingkungannya. “Adipura sekali lagi saya sampaikan bukan tujuan kahir. Namun hanya tujuan antara untuk menjadikan masyarakat memiliki budaya dan berpola hidup bersih dan sehat, “ tutur dia.

Hal yang disampaikan Setyo ini selaras dengan apa yang disampaikan Wakil Bupati Lamongan Tsalits Fahami dalam sambutannya saat membuka sosialisasi tersebut. Menurut Tsalits, jika prilaku sehat dan bersih sudah terwujud, Piala Adipura adalah suatu kewajaran. Namun jika Adipura didapat tapi prilaku masyarakat belum berubah, berarti ada tanda Tanya disitu. “Karena itu saya sangat berterima kasih dengan segala upaya yang dilakukan Camat Kota dan Deket beserta semua jajaran SKPD sehingga Lamongan samapi saat ini menduduki peringkat pertama untuk kategori kota kecil se jawa, “ ujarnya.

Selanjutnya seperti dipaparkan Setyo, dari 114 kota, untuk kategori kota sedang dan kecil se regional jawa, Kota Lamongan masih berada di posisi kedua dibawah Kota Lumajang/Lumajang dengan nilai 75, 34. Sementara dari 22 kota kecil di Jatim, Lamongan masih berada di posisi pertama. Dibawah Lamongan ada Kota Tuban/Tuban dengan nilai 74,19 dan Kota Mojosari/mojokerto dengan nilai 74,13.

Dari 17 komponen penilaian pada P1 Adipura, nilai tertinggi Kota Lamongan disumbang komponen Puskesmas dan rumah sakit dengan nilai 79,31, disusul kemudian komponen perairan terbuka dengan nilai 79,20. Sementara komponen penilaian terkecil adalah komponen pasar dengan nilai 70,31 disusul kemudian komponen pengolahan sampah dengan nilai 70,36.

Mengenai dimasukkannya komponen pengelolaan sampah menjadi komponen penilaian tersendiri pada penilaian Adipura kali ini, Setyo menyampaikan hal itu penting dilakukan karena pengelolaan sampah yang keliru juga bisa mengakibatkan bencana. Ini juga sesuai dengan amanat UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dia mencontohkan peristiwa TPA Leuwigajah pada 2005 dan sampah Kota Bandung juga pada 2005. “Pengelolaan Sampah yang dulunya bobot nilainya hanya tiga sekarang dinaikkan menjadi delapan, “ kata dia.

Seperti diutarakan Setyo, sebenarnya hanya ada empat kunci keberhasilan untuk memperoleh Adipura. Yakni komitmen, koordinasi, mobilisasi dan yang tidak kalah penting adalah kontinuitas. Sementara Kabag Lingkungan Hidup, Luluk Suprapti, pada kesempatan tersbeut secara optimis, pada P2 Adipura mendatang, nilai Kota Lamongan bisa naik menjadi 79.

Tidak ada komentar: