Senin, 09 Februari 2009

Dua Komponen Baru Masuk Penilaian Adipura

Pada Penilaian Adipura tahun ini, ada dua komponen penilaian baru yang ditambahkan. Yakni komponen Pemilahan Sampah dan Pengolahan Kompos. Tahun lalu dua komponen ini masih belum masuk komponen tersendiri yang dinilai. Pemkab Lamongan yang masih berambisi meraih Piala Adipura untuk kali ketiga berturut-turut, kenalkan konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) pada sejumlah komponen masyarakat Kota Lamongan. Kepala Badan Lingkungan Hidup Lamongan Luluk Suprapti seusai membuka sosialisasi pengelolaan sampah di Aula Kantor Badan Lingkungan Hidup setempat, Kamis (5/2) menuturkan dengan optimis, Adipura bakal kembali diarak di jalan protokol Kota Lamongan. ”Berdasar Surat Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Lamongan memang berpeluang kembali raih Adipura karena menempati posisi pertama se Jawa untuk kategori Kota Kecil pada P1. Beberapa titik pantau pada P2 Adipura sudah melakukan berbagai pembenahan. Seperti SMAN 1 yang sudah secara rutin gelar lomba kebersihan antar kelas dan SMAN 2 yang sudah memiliki hutan kota sendiri. Selain itu, tahun ini juga dikenalkan konsep 3R untuk pengelolaan sampah, ” tutur dia. Luluk melanjutkan, konsep 3R ini baru Lamongan dan Surabaya yang merapkannya. Untuk konsep Reduce, kata dia, dilakukan dengan menggalakkan keranjang kompos takakura yang saat ini sudah ada sekitar 1000 unit di semua RT pecontohan dan lingkungan perkantoran. Kemudian konsep Reuse dengan memberi sosialisasi masyarakat agar kembali menggunakan botol yang tidak terpakai. Sementara konsep Recycle dengan melakukan upaya seperti yang sudah ada di kawasan Rangge/Lamongan, yakni mendaur ulang sampah plastik menjadi tutup botol air kemasan. ”Untuk dua komponen baru yang kini masuk komponen penilaian, Pemkab Lamongan juga sudah menindaklanjutinya dengan menempatkan puluhan keranjang sampah terpilah di RT percontohan dan perkantoran. Selain itu, saat ini TPA Lamongan juga sudah memiliki mesin pencacah sampah untuk diolah menjadi kompos, ” ungkap mantan Asisten Administrasi ini. Sementara Totok Nurdianto, aktifis Yayasan Mitra Alam Indonesia, saat sosialisasi pengelolaan sampah menuturkan, saat ini sudah terjadi pergesaran paradigma sampah di masyarakat. ”Dulu, paradigma sampah hanya menjadi masalah pemerintah saja. Sampah dibuang di tempat sampah, diambil petugas kesehatan kemudian dibawa ke TPS dan TPA. Ini dulu adalah angapan semua daerah, termasuk Lamongan. Kini paradigma ini bergeser dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk turut mengelola sampah. Kini sampah sudah menjadi tanggung jawab bersama. Paradigma ini sendiri berkembang dengan luar biasa di Lamongan. Masyarakat begitu antusias untuk turut mengelola sampahnya, ” ungkap dia. Totok mengatakan, dulu sampah seolah menjadi mush manusia. Tapi kini sampah juga bisa menjadi kaan manusia, karena jika diolah menjadi pupuk dapat memberi penghasilan bagi masyarakat. ”Sampah dulu dianggap sebagai barang tidak berharga, hanya dibuang saja. Namun seiring semakin kompleksnya masalah sampah. Mau tidak mau kita harus berubah. Jumlah penduduk seringkali berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Kota Surabya menghasilkan 8300 m3 sampah setiap harinya. Ini jika tidak dikelola akan menjadi persoalan besar dimasa mendatang. Karena itu konsep 3R ini jika diterapkan dengan masif akan menjadi solusi lingkungan hidup, ” kata dia.

Tidak ada komentar: