Selasa, 24 Februari 2009

Pengadaan Gabah Oleh Pemerintah Serap 10 Persen

Keseluruhan kegiatan pengadaan gabah-beras tahun 2009 di Kabupaten Lamongan baik yang dilaksanakan Bulog (Badan Urusan Logistik) maupaun oleh Pemkab Lamongan diperkirakan mampu menyerap gabah sebanyak 72.228 ton gabah kering giling (GKG). Atau sebesar 10,40 persen dari seluruh perkiraan surplus produksi gabah Lamongan tahun ini. Sementara sisanya merupakan penjualan mandiri oleh petani.

Data tersebut disampaikan Asisten Ekonomi Pembangunan Setda Lamongan Djoko Purwanto saat Sosialisasi Pengadaan Dalam Negeri (ADA DN) Gabah Beras Tahun 2009 di Ruang Sabha Dyaksa Pemkab Lamongan, Kamis (19/2). ”Prognosa ADA DN gabah beras tahun 2009 untuk Kabupaten Lamongan oleh Bulog sebanyak 35 ribu ton setara beras atau setara 55.380 ton GKG senilai Rp 166,140 miliar, ” ungkap dia.

Prognosa tersebut. Lanjut dia, naik 9,77 persen dibanding tahun lalu, yakni untuk 50.612 GKG atau senilai Rp 151.838.097.000. Pengadaan itu dilakukan melalui 36 mitra kerja terseleksi, dimana dua diantaranya adalah Gabungan Kelompook Tani (Gapoktan) yakni Gapoktan Mitra Tani II Modo dan Gapoktan Harapan Makmur Maduran. Ini pertama kalinya Gapoktan dipercaya menjadi mitra kerja Bulog.

Sementara Pemkab Lamongan melalui dana APBD II 2009, ditambahkan Djoko, telah mengalokasikan dana revolving sebesar Rp 5, 5 miliar untuk mendukung pengadaan gabah beras yang disalurkan pada koperasi dan lumbung pangan.

Wakil Bupati Lamongan saat membuka sosialisasi tersebut menyampaikan Lamongan memang sukses meningkatkan surplus gabahnya. Namun dengan surplus gabah yang besar itu juga menuntut perhatian lebih. Terutama dalam aspek pemasaran. ”Harga gabah jatuh saat panen raya adalah tantangan kita semua. Karena itu saya minta camat maupun Kepala UPT Dinas Pertanian Kehutanan untuk berikan pemahaman pada petani tentang HPP ini. Jangan sampai petani jadi korban tengkulak karena tidak tahu HPP. Banyak petani yang belum mengetahuinya. Dana dari Bulog ini akan dipantau dengan sebaik-baiknya, ” tutur dia.

Hal sebada disampaikan dan Kadinas Pertanian Kehutanan Lamongan Djonot Subagijo. Menurutnya, kalau petani tidak difasilitasi, selamanya tidak akan bisa sejahtera. ”Kebijakan pengadaan gabah beras dalam negeri ini adalah bagain darai fasilitas itu. Saya titipkan petani Lamongan pada mitra kerja Bulog ini. Kalau mitrac kerja tidak beli gabah petani sesuai HPP, dosa. Apalagi kalau beli gabah bukan milik petani Lamongan, malah dosa besar. Sebenarnya kalau ada resesi apapun akan lewat jika pertanian kita kuat. Sementara pertanian kita saat ini masih tradisional, karena itu masih perlu difasilitasi, ” kata dia.

Dalam sosialiasi yang juga dihadiri Wakil Kepala Bulog Sub Divre III Bojonegoro Jaelani tersebut, prakiraan luas tanaman padi tahun 2008/2009 mencapai 127.477 hektar. Sementara luas panen untuk masa panen periode anuari hingga April diperkirakan mencapai 64.922 hektar. Dengan perkiraan produksi gabah mencapai 764.433 gkg atau setara 483.121,65 ton beras. Setelah dikurangi untuk kebutuhan konsumsi, cadangan pangan maupun kebutuhan benih diperkirakan kelebihan produksi gabah (surplus) Lamongan tahun ini mencapai 688.667,8 ton GKG atau setara dengan 435.238 ton beras.

Sesuai dengan Inpres Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan dan Permentan Nomor 06/Permentan/OT.140/1/2009 tentang Pedoman Harga Pembelian Gabah Diluar Kualitas oleh Pemerintah, Gabah Kering Panen (GKP) dihargai Rp 2.400 perkilogram di petani atau Rp 2.440 perkilogram di penggilingan dengan kondisi kadar air 25 persen dan hampa kotoran 10 persen. Kemudian Gabah Kering Giling (GKG) dihargai Rp 3.000 perkilogram di gudang pengilingan atau Rp 3.040 perkilogram di Gudang Bulog dengan kondisi kadar air 14 persen dan hampa kotoran tiga persen. Sedangkan untuk beras dipatok Rp 4.600 perkilogram di Gudang Bulog dengan kondisi kadar air 14 persen, butir patah 20 persen, derajat sosoh 95 persen dan menir dua persen.

Tidak ada komentar: