Rabu, 21 Januari 2009

IPM Lamongan Naik Peringkat

Tingkat pembangunan manusia di Kabupaten Lamongan tahun ini mengalami peningkatan satu strip. Dari sebelumnya tingkat pembangunan manjusia menengah bawah pada 2006, naik menjadi tingkat pembangunan manusia menengah atas pada 2007. Hal ini terungkap dari kenaikan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dilansir Biro Pusat Statistik.

Kabag Humas dan Infokom Setda Lamongan Aris Wibawa menuturkan,peningkatan IPM di Lamongan ini didukung gencarnya pembangunan yang dilakukan Pemkab Lamongan di masa Bupati Masfuk. Terutama pembangunan pada sektor pendidikan, kesehatan serta peningkatan pada sektor pendapatan masyarakat.


"Pada 2006, IPM Lamongan masih di angka 65, 99 atau pada tingkat pembangunan manusia menengah bawah. Capaian indeks yang digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk melihat aspek-aspek yang relevan dengan pembangunan manusia suatu wilayah ini kemudian meningkat menjadi 66, 72 atau berada di tingkat pembangunan manusia menengah atas, " terang Aris.


Dia melanjutkan, capaian IPM ini didukung oleh diantaranya meningkatnya indeks pendidikan di Lamongan dari tahun ke tahun. Pada 2007, indeks pendidikan mencapai angka 73, 71. Sementara pada 2003 lampau, indeks pendidikan masih di angka 69, 30. "Peningkatan ini seiring meningkatnya perhatian dan perluasan pembangunan sektor pendidikan oleh Bapak Bupati (Masfuk). Seperti dengan kebijakan memberi beasiswa S1 bagi pelajar kurang mampu. Kemudian dengan diupayakannya perluasan kesempatan mendapat pendidikan yang sama antara siswa di pedesaan dengan perkotaan. Hal ini terutama dilakukan dengan program guru kunjung ke sekolah di daerah terpencil. Sampai dengan tahun ini diupayakan akan ada 26 guru kunjung, " ungkap Aris yang juga Plt Asisten Administrasi ini.


Salah satu proyeksi yang sering dijadikan sebagai indikator kesejahteraan rakyat adalah angka harapan hidup (AHH). Seperti disampaikan Aris, berdasar data BPS, AHH masyarakat Lamongan pada 2007 berada di angka 67, 54 tahun, atau naik dari angka tahun sebelumnya yakni 67, 50 tahun. Peningkatan ini juga didukung lonjakan pendapatan perkapita di Lamongan yang naik tajam dari Rp 3.282.222 pada medio 2003 menjadi Rp 5.063.220 pada tahun 2007.


"Meski pembangunan di Lamongan telah digencarkan, tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan itu belum bisa memuaskan semua pihak. Ada keterbatasan tangan pemerintah daerah disana. Namun kisah sukses ikon wisata Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan pusat pendukung logistik pengeboran lepas pantai Lamongan Integrated Shore Base (LIS) di jalur daendels serta semakin riilnya rencana pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di kawasan yang sama, adalah poin tersendiri yang tidak dapat dinafikkan. Dan sekarang, arah pembangunan industri juga sudah menyentuh kawasan selatan dengan akan dibangunnya PT Sorini, produsen sorbitol. Dengan meminjam istilah Pak Bupati, sejak zaman Indonesia merdeka, belum pernah ada pabrik skala internasioanal yang berdiri di sana. Baru di era Pak Masfuk hal itu bisa terealisasi, " tutur dia panjang lebar.


Di kawasan selatan ini pula, masyarakat sekitar hutan digelontor dana miliaran rupiah, tepatnya Rp 5, 62 miliar lewat program LMDH atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan. Ini adalah salah satu upaya memberdayakan pertanian masyarkat desa hutan. "Kontribusi sektor primer, yakni pertanian, lima tahun terakhir cenderung turun. Dari 44, 89 persen pada 2003 menjadi 38, 85 persen pada 2007. Sementara sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh hingga 13, 51 persen.Ini terjadi seiring luas lahan yang terus berkurang untuk pemukiman baru dan industri. Karena itu program pertanian difokuskan pada intensifikasi dengan peningkatan sarana produksi, " pungkas Aris.

Tidak ada komentar: